Tuesday, November 11, 2008

SELEBRITIS ITU BERNAMA AMROZI CS

Hampir sebulan belakangan ini saya paling males melihat televisi dan membaca koran. Masih masalah televisi dan media massa. Bukan karena listrik mati atau gak punya duit untuk membeli koran. Tetapi karena menurut saya materi yang disiarkan tidak ada yang bermutu apalagi mendidik. Coba dibayangkan, mulai membuka mata pagi sampai televisi tutup siar tengah malem, berita yang di muat hanya satu yaitu Amrozi cs.

Amrozi cs adalah seorang aktor intelektual teror bom Bali 1 dan beberpa bom sebelumnya di negeri ini. Amrozi cs telah mendapatkan stempel sebagai teroris di indonesia, yang semestinya harus kita cela apapun alasannya. Amrozi cs yang membuat muka Indonesia di kancah dunia agak terpuruk dengan di kalimnya sebagai sarang teroris. Amrozi cs pula yang diganjar hukuman mati atas perbuatannya.

Sudah cukup... menurut saya berita itu sudah cukup jelas, dan informatif. Nah, bagaimana dengan kejadian sehari-hari di media massa kita. Amrozi di ulas bak seorang pemimpin besar, diulas bak pahlawan besar, di ulas bak selebritis. Bahkan sudah susah membedakan antara menyiarkan pemimpin negara yang beneran dengan Amrozi sebagai “pemimpin” beneran juga. Tidak ada bedanya menyiarkan Obama menjadi Presiden dengan Amrozi cs.

Malah sangat bertolak belakang dengan penyiaran tentang pembangunan di negeri ini, tentang turunnya harga BBM (tapi masih ada yang punya pikiran trik politik, itulah orang sirik menjadi pemimpin) yang membela rakyat, berita tentang pendidikan, berita tentang budaya negeri ini.

Memang, media massa mendapatkan profit dari pemirsa dan pembaca. Tapi jangan menjual berita yang sifatnya membodohi masyarakat, dengan mencekoki berita yang bersifat negatif, jangan ngawur kalau menayangkan berita. Apakah memang kemauan masyarakat kita adalah hal-hal seperti itu? Kalau ya, inilah tugas pers untuk membelokkan kemauan masyarakat yang akan salah ke jalurnya yang benar. Bukalah mata masyarakat dengan pembangunan negeri ini, dengan keanekaragaman negeri ini, indahnya pesona wisata negeri ini, ramahnya negeri ini. Jangan dicekoki masyarakat kita dengan berita kekejaman, sadisme, mistik dan hal-hal yang gak ada gunanya. Penjahat yang gak ngerti apa-apa akan terinspirasi dengan melihat tayangan televisi atau membaca koran yang isinya mengulas cara-cara berbuat ulah kriminal. Atau minimal berimbanglah.

Setelah empat mata di larang tayang (seharusnya sih sudah lama di larang tayang) jangan sampai ada lagi yang di larang karena anda sendiri yang menayangkan kabar dan berita yang tidak ada unsur pendidikan dan tidak memberikan informasi yang positif ke masyarakat. Semoga

INDONESIA BUKA LOWONGAN PEMIMPIN SEPERTI JOHN MC CAIN BUKAN OBAMA

Beberapa hari terakhir ini, media cetak dan elektronik di negeri ini dan beberapa negara tetangga hampir tiap detik menyiarkan Barry Hussein Obama atau yang lebih dikenal dengan nama Barack Obama. Bukan karena apa, Barack Obama pada tanggal 5 November 2008 telah terpilih menjadi presiden Amerika yang ke 44.

Para ibu-ibu rumah tangga, para eksekutif, bapak-bapak bahkan ada sebuah komunitas tertentu yang dengan sengaja bersorak-sorak dan berteriak-teriak dan ada yang dengan dana sendiri yang tidak sedikit melaksanakan syukuran dan pesta atas kemenangan Barack Obama. Rasanya orang-orang tersebut menginginkan orang (sosok) Obama di Indonesia.

Sebenarnya siapa sih Barack Obama itu??? Barry Hussein Obama atau yang lebih dikenal dengan nama Barack Obama, adalah seorang kulit hitam Afrika-Amerika yang lahir di Honolulu Hawai 47 tahun yang lalu dari seorang ayah bernama Barack Hussein Obama, Sr, dan Ibu seorang kulit putih dari Kansas bernama Ann Dunham. Ayah Obama meninggal pada sebuah kecelakaan, sehingga Ann Dunham menikah lagi dengan Lolo Sutoro, yang kemudian di boyong ke negeri Lolo yaitu Indonesia. Sampai dengan umur 10 tahun Barry Obama tinggal di Indonesia dan pernah mengenyam sekolah lokal SDN 01 Menteng Jl. Besuki Menteng Jakarta sebelum kembali ke Amerika ikut dengan kakek dan neneknya.

Dengan kondisi demikian, dan dengan posisi Barack yang demikian, adakah kontribusi positif terhadap pemerintahan di Indonesia?? Atau kemasyarakat Indonesia yang telah bersuka cita setelah terpilihnya Barack Obama menjadi presiden. Mungkin jawabnya yang tepat adalah belum tentu. Kenapa demikian? Amerika adalah negara Adidaya yang sudah mapan dan maju, yang mempunyai politik luar negeri Amereka sendiri, dan bukan politik luar negeri Obama, artinya Obama tidak bisa dengan seenaknya menjalin hubungan dengan negara lain tanpa melihat rambu-rambu yang sudah ada di Amerika.

Menjadi presiden di Amerika hanya terbatas pada melaksanakan janji-janji politiknya pada saat kampanye. Nah sekarang kita ingat-ingat kembali, adalah janji Obama pada saat kampanye akan membantu atau menjalin hubungan baik walaupun tersirat dengan negara muslim sebesar Indonesia?? Ini yang perlu di tanyakan.

Kalo saya lebih tertarik dengan John Mc Cain, kenapa demikian?? Di negeri yang subur makmur gemah ripah loh jinawi ini belum ada orang yang seperti John Mc Cain. Seorang negarawan, memiliki rasa nasionalisme tinggi, seorang yang besar hati. Pada saat diputuskan kalau Barack Obama yang memenangkan vote, maka John Mc Cain langsung berdiri di depan ribuan pendukungnya seraya menyampaikan pidatonya yang berisi ajakan untuk menerima kekalahan dengan besar hati dan mengakui kemenangan dan kelebihan Obama atas dirinya. Dan sekaligus mengajak pendukungnya untuk mendukung semua tugas dan program yang dicanangkan Obama untuk negeri Amerika.

Sangat berbeda dengan di Indonesia, begitu kalah dalam perhitungan pemilihan suatu kepala negara atau daerah, maka pemimpin yang kalah langsung berdiri di depan pendukungnya dan mengajak pendukungnya untuk memprotes perhitungan yang dianggap curang, mengulang perhitungan, (pilkada Jatim, Maluku dll) dan mengajak untuk memboikot seluruh program kerja pemimpin terpilih sekaligus menggoyang dan manjatuhkan pemimpin terpilih.

Memang untuk menjadi sebuah negara besar harus melalui pembelajaran yang panjang, tapi jangan terus belajar,, taruh kepentingan negara di atas segala-galanya. Jangan menaruh kepentingan pribadi, golongan dan partai di atas segala-galanya dan ingin menang sendiri. Coba para pemimpin berfikir “kalo semua pingin menang, siapa yang kalah” “kalau pemimpinnya tetap seperti ini, gak pernah dewasa dan seperti anak-anak, kapan menjadi negara yang besar negeri yang kita cintai ini..