Thursday, September 18, 2008

SATU, ONE, SIJI, SETONG

"Satu tahun yang lalu"

Tidak seperti hari biasanya pagi buta itu, aku dengan semangat mengeluarkan mobil dari garasi belakang rumah. Saya basuh mukanya dengan air satu ember dan bergegas ke rumah sakit Harapan Kita Jakarta. Campur aduk pikiranku antara, rasa senang, rasa khawatir, dan rasa-rasa yang lain terlintas semua di pikiranku walaupun hanya sekejab.

Tanpa terasa ban mobil sudah sampai di pelataran Rumah Sakit itu, "kiri-kanan, stop" kalimat dari juru parkir yang terdengar di telingaku. Kuinjak rem dan kumatikan mobil.

Aku segera berlari ke depan pintu "Mawar", dimana istriku berada. Sudah beberapa dokter melakukan visitasi ke los mawar saat aku sampai sana.

"Tenang pak, mungkin kita kloter ke lima" aku dikagetkan suster yang sejak tadi memperhatikan kegelisahanku. Aku hanya tersenyum.

Tak berapa lama dua orang suster menghampiri istriku sambil berkata, "hayo kita berangkat". Waduh, dadaku terasa sesak, aku gak tahu kenapa hal itu terjadi. Aku, ibu dan beberapa saudara mengikuti istriku yang terbaring di dorong ke ruang operasi.

Ruang operasi rupanya sangat dingin, mungkin 5-10 derajat celcius. Sampai aku menggigil dibuatnya. Aku duduk diruang tunggu (didalam kamar operasi). Aku liat disebelahnya ada bayi yang sumbing, dada ku tambah sesak. Setelah aku ajak istriku berdo'a, aku keluar dari ruang operasi dan menunggu di luar bersama saudara-saudaraku.

Aku sakit perut, berdebar-debar, sakit kepala, mual, keringat dingin, lemes dibuatnya tatkala istriku sendirian diruang operasi. Mungkin hal itu karena kekawatiranku akan keselamatan istriku. Waktu terasa lama, terasa jam tidak bergerak. Sampai waktu menunjukkan pukul 10.15 menit aku dikagetkan oleh panggilan namaku dari dalam ruang operasi.

Aku beranjak masuk ruang itu, aku dikagetkan oleh seorang bayi dalam inkubator yang didorong keluar dari ruang operasi. Saya liat bibirnya sumbing. "Ini anak saya" saya tanya ke suster " Bukan pak jawabnya". Belum hilang kagetku, aku dipanggil suster. "Pak ini anaknya" Anak mungil itu didorong ke ruang bayi, kuperhatikan anggota tubuhnya satu-persatu.

"Pak, tolong diperhatikan, anak bapak normal, kaki ada dua, jari kaki ada lima, jari tangan ada lima, kuping ada, langit-langit ada, dubur normal, ini ada tanda lahirnya tahi lalat di kakinya pak". Plong aku melihat semua itu, sampai-sampai aku melupakan ibunya yang masih terbaring diruang operasi.

"Suster, ibunya sehat?" tanyaku.. Waduh saya hanya menolong bayinya pak, coba tanya keruang operasi. "Ibunya sehat" sambut dokter menyalamiku.

Allahhuakbar, tanpa terasa aku meneteskan air mata, bersyukur akan kebesaranmu ya Allah. Ku cium anak mungil itu. Sambil menangis aku kumandangkan azdan dan qomat di telinganya.

Anak mungil itu, harta kami itu, kami beri nama Elang Arka. Pada hari ini kekayaan kami itu telah berusia satu tahu, lucu, imut, gemes, ngangennin. Semoga kelak akan menjadi anak yang soleh, berbakti pada orang tua, agama dan dunia nak, semoga. Sukses dan selamat nak, bapak dan ibumu selalu mendo'akanmu.

"One years ago"

Thursday, September 11, 2008

NGABUBURIT

Kalo anda tinggal di daerah Jawa Barat atau Jakarta, saya yakin sudah sangat familiar dengan kata "ngabuburit". Ngabuburit setahu saya berasal dari bahasa sunda, yang maksudnya menunggu saat berbuka puasa ramadhan. Namun dari bebeapa literatur menyatakan bahwa tidak ada arti yang pasti dari kata ngabuburit. Ngabuburit diartikan dengan memanfaatkan waktu yang tersisa satu sampai dua jam sebelum berbuka puasa.

Menunggu pada jam-jam tersebut memang serasa lama dan sangat membosankan. Nah, untuk melupakan sejenak waktu tersebut, biasanya dihabiskan dengan berjalan-jalan ketempat yang mereka sukai. Bahkan banyak tempat-tempat yang pada hari biasa kurang istimewa (pada hari biasa kurang menarik) namun biasanya selama bulan puasa ramai dikunjungi dan menjadi tempat favorit.

Ngabuburit menjadi life style orang-orang yang berpuasa, selain mengunjungi tempat-tempat wisata dadakan, mall, atau tempat-tempat strategis lainnya, biasanya banyak anak muda ngisi kegiatan ngabuburit dengan balap motor di jalanan, atraksi motor atau sepeda BMX, atau sekedar nongkrong-nongkrong di tempat yang rindang.

Banyak tempat yang dijadikan lokasi ngabuburit, mulai dari Bandara Sukarno Hatta, di atas jembatan layang, danau sunter podomoro, cipinang indah bahkan tidak hanya di Jakarta dan sekitarnya, di Semarang budaya ini juga sudah mulai mentradisi terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang melakukan ngabuburit di jalan masuk kampus Universitas Diponegoro.

Di kanan kiri jalanan kampus yang cukup sempit, para remaja memarkir motornya berjajar seolah di komando untuk berbaris. Beberapa saat lewat pengendara motor yang melintas di jalanan tersebut dengan kecepatan tinggi (trek-trek an). Para remaja yang berada di kanan kiri jalan seolah menjadi penyemangat sambil melongok ke tengah jalan untuk melihat siapa yang menang. Sudah tidak lagi ingat laper, sudah tidak lagi inget puasa dan sudah tidak lagi inget bahaya yang mengancam dirinya.

Apakah budaya ngabuburit harus di lakukan dengan hal-hal seperti ini??? Bukankah sebaiknya dilakukan di masjid, surau atau mushola dengan membaca al qur'an, pengajian, atau melakukan hal-hal yang sifatnya religius?? (foto : indosiar)